BISNIS, Linkking.id – Gudang Garam merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1958. Produk yang dihasilkan mencakup berbagai jenis sigaret kretek, mulai dari sigaret kretek linting tangan (SKT), sigaret kretek klobot (SKL), hingga sigaret kretek linting mesin (SKM).
Pabrik utama Gudang Garam berlokasi di Kediri, Jawa Timur. Tidak hanya mendominasi pasar dalam negeri, produk-produk perusahaan ini juga mendapat tempat di pasar internasional.
Siapa Pemilik Gudang Garam?
Saat ini, kepemilikan Gudang Garam berada di tangan Susilo Wonowidjojo, yang lahir pada 18 November 1956 di Kediri, Jawa Timur. Ia merupakan putra dari Surya Wonowidjojo, pendiri PT Gudang Garam Tbk.
Dikutip Linkking dari Detikcom, Surya Wonowidjojo meninggal dunia pada 28 Agustus 1985. Setelah kepergiannya, kepemimpinan perusahaan beralih ke Rachman Halim, kakak dari Susilo Wonowidjojo. Rachman memimpin hingga tahun 2008, sebelum akhirnya tongkat estafet kepemimpinan diberikan kepada Susilo.
Kini, Susilo Wonowidjojo menjabat sebagai Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk, didampingi saudara perempuannya, Juni Setiawati, yang memegang posisi sebagai Komisaris Utama.
Karier Susilo di perusahaan ini telah dimulai sejak lama. Pada tahun 1976, ia telah bergabung sebagai Direktur Perseroan. Kemudian, pada tahun 1990, ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur, sebelum akhirnya menempati posisi tertinggi sebagai Presiden Direktur.
Sebagian besar kekayaan keluarga Wonowidjojo bersumber dari Gudang Garam, yang merupakan perusahaan publik warisan sang ayah. Berdasarkan laporan terbaru, total kekayaan Susilo Wonowidjojo dan keluarganya mencapai $2,9 miliar atau setara lebih dari Rp 47 triliun (kurs Rp 16.350 per USD). Dengan jumlah tersebut, Susilo Wonowidjojo & family berada di peringkat 23 dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia Tahun 2024 versi Forbes.
Perjalanan Gudang Garam: Dari Konflik hingga Kesuksesan
Berdasarkan catatan detikFinance, lahirnya Gudang Garam bermula dari konflik internal yang dialami Surya Wonowidjojo (Tjoa Ing-Hwie) dengan pamannya, yang saat itu memiliki pabrik rokok Tjap 93.
Perselisihan ini berujung pada keputusan Surya untuk mengundurkan diri dari perusahaan keluarganya. Menurut beberapa sumber, penyebab perpecahan ini dipicu oleh keinginan Surya untuk mendapatkan pembagian saham dari sang paman. Namun, ada pula versi yang menyebutkan bahwa pamannya menolak rencana ekspansi perusahaan yang diajukan Surya.
Setelah meninggalkan Tjap 93, Surya memulai usaha sendiri dengan merek Inghwe dalam skala rumahan. Ia tidak sendirian, sekitar 50 pegawai loyal turut keluar dan bergabung dengannya. Dengan strategi pemasaran melalui jaringan distribusi rokok Tjap 93, produk Inghwe berkembang pesat.
Perjalanan panjang ini akhirnya melahirkan Gudang Garam, yang resmi berdiri pada 26 Juni 1958. Produk pertama yang diperkenalkan ke pasar adalah Gudang Garam Kuning, yang menjadi tonggak awal kejayaan perusahaan ini.***
Penulis : Al
Editor : Zaza
Sumber Berita: Detikcom