SUMENEP, Linkking.id – Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menunjukkan capaian signifikan dalam pembangunan daerah selama tahun 2024. Laporan tahunan yang disampaikan dalam rapat koordinasi terbaru menampilkan berbagai indikator sosial-ekonomi yang menguat, mulai dari pertumbuhan ekonomi, penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, hingga peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumenep, Arif Firmanto, menyampaikan bahwa seluruh capaian ini merupakan hasil dari sinergi antara pemerintah, masyarakat, serta pemangku kepentingan di berbagai sektor.
“Kami mencatat pertumbuhan ekonomi berada di angka 3,77 persen, disertai penurunan kemiskinan yang cukup signifikan. Ini menandakan bahwa arah kebijakan pembangunan yang kita tempuh sudah sesuai jalur,” ungkap Arif (5/6)
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Sumenep pada tahun 2024 turun menjadi 17,78%, atau sekitar 196.420 jiwa. Penurunan ini merupakan salah satu yang terbaik di Jawa Timur selama periode 2020–2024.
Tak hanya itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumenep juga mengalami peningkatan, mencapai angka 69,78. Sementara itu, angka pengangguran terbuka turun menjadi 1,69%, menjadikan Sumenep salah satu daerah dengan tingkat pengangguran terendah di provinsi ini.
Arif menjelaskan bahwa keberhasilan penurunan kemiskinan dan pengangguran bukan hanya hasil dari bantuan sosial semata, namun juga penguatan sektor produktif.
“Kita tidak hanya mengandalkan bansos. UMKM kita dorong tumbuh, akses layanan dasar kita perkuat, dan infrastruktur kita bangun merata. Hasilnya terlihat nyata,” jelasnya.
Upaya pemerintah daerah dalam menurunkan prevalensi stunting pun menunjukkan hasil menggembirakan. Tahun 2024, angka stunting berhasil ditekan hingga 11,2%, turun drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai 16,7%. Atas kinerja ini, Sumenep menerima penghargaan dari BKKBN karena dinilai berhasil mengelola Dana Alokasi Khusus (DAK) secara efektif dalam mendukung program percepatan penurunan stunting.
“Stunting adalah indikator penting bagi kualitas generasi mendatang. Maka pendekatan kita menyeluruh, bukan hanya soal gizi, tapi juga edukasi keluarga dan layanan kesehatan terpadu,” terang Arif.
Kemajuan Sumenep tidak hanya terlihat dari indikator ekonomi dan sosial, namun juga dalam pembangunan desa dan infrastruktur.
Indeks Kesalehan Sosial meningkat menjadi 85,91, dan Indeks Desa Membangun (IDM) mencapai skor 0,7593 dengan status “Maju”. Untuk pertama kalinya, tidak ada desa yang dikategorikan tertinggal di Sumenep.
Arif menyatakan bahwa pendekatan pembangunan inklusif menjadi kunci utama keberhasilan ini.
“Kita bangun Sumenep bukan hanya dari kota, tapi juga hingga ke pelosok kepulauan. Semua wilayah harus mendapat akses layanan, infrastruktur, dan pembangunan sosial yang setara,” tegasnya.
Sementara itu, Indeks Infrastruktur Sumenep naik menjadi 75,00, didukung pembangunan jalan sepanjang 28,3 km pada tahun 2024. Pemkab juga telah merencanakan pembangunan tambahan 57,4 km jalan pada tahun 2025 untuk meningkatkan konektivitas antara daratan dan kepulauan.
Dengan berbagai capaian ini, Sumenep optimis melangkah menuju visi pembangunan berkelanjutan 2025–2029, yang menekankan pemerataan, keberlanjutan, dan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. ***