PROFIL. Akh. Raisul Kawim, CEO PT Blarak Jaya Global, saat berbincang tentang semangat Bung Karno di tengah suasana artistik. (dok. Redaksi Linkking.id)

Bulan Bung Karno: Saatnya Melahirkan ‘Kusno-Kusno’ Baru, Bukan Sekadar Seremonial

Opini

SUMENEP, Linkking.id– Menyambut Bulan Bung Karno yang diperingati setiap Juni, CEO PT Blarak Jaya Global, Akh. Raisul Kawim, menyerukan pentingnya menggali kembali nilai-nilai mendasar yang diwariskan Sang Proklamator, khususnya dalam hal perilaku dan orientasi kerja di organisasi.

Bukan semata berhenti pada seremoni dan simbol-simbol visual semata.

“Kalau di sisi seremonial, semua bisa pakai pin, busana, dan style ala Bung Karno. Itu sah-sah saja. Tapi yang sering terlupakan adalah perilaku beliau dalam berorganisasi. Breakdown sikap dan prinsipnya, itu sangat penting untuk kita teladani,” ujar pria yang akrab disapa Wim Kawilarang ini, Selasa (3/6).

Baca Juga:  EKONOMI DI PERSIMPANGAN JALAN: STRATEGI INDONESIA MERESPONS KETEGANGAN AS-TIONGKOK*

Menurut Wim, semangat Bung Karno sebagai pemikir besar sekaligus organisator ulung harus dihidupkan kembali, terutama di kalangan anak muda saat ini.

Ia berharap, momentum Bulan Bung Karno tidak hanya jadi agenda rutin, tetapi benar-benar mampu menumbuhkan sosok-sosok muda yang memiliki semangat revolusioner sebagaimana Kusno, nama kecil Bung Karno di masa mudanya.

“Saya berharap ada tumbuh beberapa Kusno-Kusno baru, Bung Karno-Bung Karno muda yang tidak hanya paham sejarah, tapi juga menjiwai dan mengimplementasikan gagasan-gagasannya ke dalam realitas sosial dan organisasi modern,” kata Wim.

Lebih lanjut, Wim menyinggung pentingnya pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Ia menilai, bahwa sila ini lahir dari pemikiran Bung Karno yang banyak dipengaruhi oleh literatur marxis dan semangat keadilan global.

Baca Juga:  Mendorong Blue Economy: Sumenep Perkuat Akses dan Potensi Kepulauan

“Dalam lahirnya Pancasila, kenapa sila kelima muncul sebagai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia? Ini karena Bung Karno mengacu pada berbagai referensi cara berpikir, termasuk literatur Marxis. Tapi yang terpenting adalah bagaimana beliau mengimplementasikannya ke dalam peradaban global,” tegas Wim.

Terakhir, Wim mengajak generasi Z dan generasi zelineal lainnya untuk tidak hanya mengagumi Bung Karno dari sisi ikoniknya, tetapi juga meneladani cara berpikir, keberpihakan, dan keberanian politiknya.

Baca Juga:  Semakin Blunder! PLN UP3 Madura Keluarkan Holding Statement Tanpa Kunci Kasus

“Bung Karno muda itu bukan cuma soal usia, tapi juga soal manajemen raga, juga tajam di spiritual yang dikerjakan sendiri dan dilakukan sendiri, sehingga dalam We Of Life atau implementasi bisa diterjemahkan di konteks kekinian,” pungkasnya.

Sejalan dengan semangat itu, Bung Karno pernah berkata soal romantisme kepada kopi dan pemuda yang begitu mendalam. Begini kira-kira yang disampaikan melalui ungkapan penuh makna darinya itu.

“Aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang memikirkan diri sendiri,” kata Bung Karno muda.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *