Kemarau Basah Beri Nafas Segar: Sumenep Belum Alami Krisis Air Bersih di 2025

- Redaksi

Selasa, 1 Juli 2025 - 13:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ILUSTRASI: Gambaran kondisi kemarau basah yang menyelamatkan Sumenep dari krisis air bersih tahun 2025.

i

ILUSTRASI: Gambaran kondisi kemarau basah yang menyelamatkan Sumenep dari krisis air bersih tahun 2025.

SUMENEP, Linkking– Hingga akhir Juni 2025, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, belum mencatat satu pun permintaan distribusi air bersih dari desa-desa yang biasanya langganan kekeringan. Fenomena cuaca tak lazim, yang dikenal sebagai kemarau basah, menjadi faktor utama yang menyelamatkan wilayah ini dari ancaman krisis air tahunan.

“Biasanya permintaan suplai air mulai berdatangan sejak awal Juli. Namun, hingga saat ini belum ada laporan masuk. Hujan masih rutin turun di sejumlah titik,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Sumenep, Achmad Laily Maulidi, Selasa (1/7/2025).

Fenomena kemarau basah merujuk pada situasi ketika curah hujan tetap tinggi meski telah memasuki musim kemarau. Di Sumenep, masa kemarau umumnya dimulai sejak akhir Maret. Namun, hingga pertengahan tahun, hujan masih kerap mengguyur, memperlambat datangnya kekeringan.

Baca Juga:  Menilik Kasus Pernikahan Kedua Makkiyah Tanpa Cerai Sah, Kades Rajun Mengaku Tidak Diberitahu

Data BPBD tahun 2024 mencatat sebanyak 64 desa terdampak kekeringan, delapan di antaranya masuk dalam kategori kering kritis. Kala itu, pemerintah harus menyalurkan air bersih menggunakan truk tangki lantaran sumur-sumur warga mengering.

Namun kini, dua desa yang biasanya menjadi prioritas penanganan—Prancak dan Montorna—belum menunjukkan gejala kekurangan air.

“Ini memberi semacam jeda dari tekanan kekeringan yang saban tahun datang tanpa ampun,” tutur Laily. “Tentu kita belum bisa lengah. Pemantauan tetap berjalan, terutama di wilayah rawan yang telah kami petakan setiap tahunnya.”

BPBD tetap siaga penuh, sembari memanfaatkan momen ini untuk memperkuat strategi mitigasi jangka panjang. Menurut Laily, kemarau basah memberi peluang bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk memperbaiki sistem pengelolaan air, sembari bersiap menghadapi kemungkinan perubahan iklim yang makin sulit diprediksi.

“Ini semacam jeda dari kekeringan yang sudah menjadi siklus tahunan. Tapi tentu saja, kita belum tahu sampai kapan ini bertahan,” pungkasnya.***

Facebook Comments Box

Penulis : Amin Bashiri

Editor : Zaza

Sumber Berita: Linkking.id

Follow WhatsApp Channel linkking.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Perantas XII di PP Sumber Mas, Ajang Perkemahan Pramuka Terbesar se-Jawa Timur Siap Digelar
Kejari Sumenep Banding Putusan Ringan Bandar Narkoba Riyanto, Jaksa Nilai Tak Sesuai Tuntutan
Polemik Piket dan LKS di SDN Parsanga 2: Wali Kelas Buka Suara
Guru di SDN Parsanga 2 Sumenep Disorot, Wali Murid Keluhkan Piket Kebersihan dan Pembelian Buku
Mahasiswa Diminta Kawal Arah Pembangunan, Bappeda Sumenep Libatkan Kampus dalam Penyusunan RPJMD
Sekolah Lapang DKPP Sumenep: Membidik Petani Tangguh demi Ketahanan Pangan Nasional
Go Asia Seribu Karton Rokok Madura King Bravo Asal Pamekasan ekspor ke Filipina
DKPP Sumenep Genjot Penyelesaian Target Tanam Padi, Fokus Musim Hujan Akhir Tahun
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 1 September 2025 - 12:23 WIB

Perantas XII di PP Sumber Mas, Ajang Perkemahan Pramuka Terbesar se-Jawa Timur Siap Digelar

Senin, 4 Agustus 2025 - 19:44 WIB

Kejari Sumenep Banding Putusan Ringan Bandar Narkoba Riyanto, Jaksa Nilai Tak Sesuai Tuntutan

Minggu, 27 Juli 2025 - 09:36 WIB

Polemik Piket dan LKS di SDN Parsanga 2: Wali Kelas Buka Suara

Sabtu, 26 Juli 2025 - 14:35 WIB

Guru di SDN Parsanga 2 Sumenep Disorot, Wali Murid Keluhkan Piket Kebersihan dan Pembelian Buku

Jumat, 11 Juli 2025 - 17:04 WIB

Mahasiswa Diminta Kawal Arah Pembangunan, Bappeda Sumenep Libatkan Kampus dalam Penyusunan RPJMD

Berita Terbaru